Jum’at, 28 Desember 2018
“Ada seseorang dalam hidupmu yang ketika ia pergi, maka ia juga membawa sepotong hatimu.” – Tere Liye
Hidup selalu diwarnai dengan sesuatu yang datang dan pergi silih berganti. Ada yang datang. Dan ada yang pergi. Ada masa di mana kita bisa tersenyum dan tertawa. Akan ada masa di mana kita duduk terdiam kemudian sedikit terisak. Itulah hidup. Dan semua harus berjalan seiring dengan bertambahnya detik-detik. Suatu saat, kita akan memasuki fase kehidupan yang baru. Dulu, saat masa-masa sekolah kita masuk sebagai orang asing. Kemudian berkenalan dengan teman sebaya dan guru-guru. Hai. Dan waktu melesat cepat dan saatnya kita ujian nasional. Usai ujian, akan ada yang namanya perpisahan. Semua akan menjalani kehidupan masing-masing. Apakah akan lanjut kuliah? Atau bekerja? Di dunia perkuliahan pun sama. Kita datang sebagai orang asing, dan kemudian kita berkenalan dan saling menyapa. Hai. Dan waktu pun melesat jauh. Tiba masanya kita sidang akhir dan wisuda. Kita berpisah dengan teman-teman kita dan dosen-dosen kita. Dan masuklah ke dunia baru. Dunia kerja. Di mana Allah Menurunkan rezeki di muka bumi ini, dan kita diminta untuk menjemput rezeki tersebut sesuai kemampuan dan takdir kita. Benar. Rezeki tidak pernah tertukar. Tetapi, perlu dijemput. Itulah masa di mana kita akan masuk ke keluarga baru kembali. Keluarga yang mungkin akan menjadi teman selama perjalanan hidup kita di dunia. Bila kita berkarir menjadi dosen atau tendik, maka satu departemen dan instansi akan menjadi orang-orang yang akan kita jumpai. Mau tidak mau. Akan ada konflik. Akan ada masa di mana bisa tertawa bersama. Akan ada masa di mana usia telah memakan jatah hidup kita, dan purna tugas akan menghampiri kita. Mungkin 20 tahun lamanya, atau 30 tahun lamanya, kita akan bersama di lingkungan yang kita pilih dalam menjemput rezeki. Dan tiba saatnya kita berpisah dengan mereka. Ada generasi baru, generasi lama akan segera terganti. Begitu pula hidup. Kita tidak akan hidup selamanya, kan?
Terkadang perpisahan memang menyakitkan. Dan mungkin pertemuan di lingkungan ini pun lebih menyakitkan. Karena kita dipertemukan, kemudian untuk dipisahkan. Pekerjaan akan terus berlanjut ketika kita pergi. Tidak perlu dikhawatirkan orang yang pergi, yang akan mengalami kesedihan lebih lama adalah orang-orang yang tinggal.
Hari ini untuk pertama kalinya saya mengikuti purna tugas 2 tendik di lingkungan yang saya pilih.
Purna tugas Ibu Wahyu Nurdatin dan Bapak Yitno Suyoto diselenggarakan di Ruang Sidang Lantai 3 DTS SV UGM. Acara dimulai dengan sambutan Ketua Departemen Teknik Sipil, pembacaan riwayat kedua tendik yang purna tugas oleh Wakil Ketua Departemen Teknik Sipil, Bapak Nursyamsu, dan dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan dan tali kasih. Selanjutnya Bu Yayuk dan Pak Yitno memberikan sepatah kata bagi segenap peserta pelepasan yang terdiri dari dosen, tendik, dan lain-lain. Disusul penyampaian pesan dan kesan oleh Pak Heru, mewakili dosen, dan Pak Sidi, yang mewakili tendik. Acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Bapak Syaukat Ali. Setelah itu, diikuti acara foto bersama dan ramah tamah di Lantai 1.
Berikut adalah dokumentasi dari kegiatan siang ini.