Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada 19 Desember 2018 mendatang genap berusia 69 tahun. Dalam perjalanan sejarahnya, perguruan tinggi yang berdiri pada masa revolusi kemerdekaan Republik Indonesia ini telah membuktikan diri sebagai perguruan tinggi yang erat berkaitan dengan nilai-nilai perjuangan, kerakyatan, kebangsaan, Pancasila dan oase kebudayaan.
Telah banyak sumbangan UGM untuk memelihara, mengembangkan dan mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan berbangsa. Banyak pula alumninya yang memiliki peran strategis dalam berbagai bidang dan tingkatan. Mereka telah berbakti kepada bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Keberadaan UGM tidak lepas dari peran penting Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Keraton Yogyakarta. Pada awal berdirinya, UGM melaksanakan kegiatan belajar mengajar di Keraton Yogyakarta. Kemudian ketika kampus Bulaksumur sudah dibangun, kegiatan belajar mengajar pindah ke bangunan yang sekarang bernama gedung pusat UGM.
Oleh karena itu, Keluarga Alumnni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) menyelenggarakan kegiatan Nitilaku. Kegiatan ini berupa pawai budaya sebagai simbolisasi sejarah UGM yang berawal dari Keraton Yogyakarta.
“Nitilaku dilaksanakan pertama kali pada tahun 2012. Kegiatan kultural dan historis ini kemudian jadi agenda tahunan yang diikuti oleh sivitas dan alumni UGM dari seluruh Indonesia,” papar Ketua Nitilaku, Hendrie Adji Kusworo, Ph.D., dalam siaran persnya, Selasa (11/12).
Menurut Adji, Nitilaku bertransformasi menjadi peristiwa budaya yang menyinergikan potensi UGM, masyarakat, swasta dan pemerintah. Unsur-unsur sejarah perjuangan dan kebangsaan serta kebinekaan nusantara menjadi elemen utama dalam tiap turunan kegiatan ini.
Tahun ini, KAGAMA kembali menyelenggarakan Nitilaku 2018 yang akan dilaksanakan pada Minggu, 16 Desember mendatang. Penyelenggaraan tahun ini merupakan wujud komitmen KAGAMA untuk berkontribusi dan bakti nyata untuk almamater, bangsa, dan negara melalui karya.
“Nitilaku merupakan bentuk sinergi bersatunya kampus (sebagai basis pengembangan ilmu-teori), keraton, dan kampung (sebagai basis pengembangan budaya-praktis) dalam kerangka ke-Bhinekaan Tunggal Ika-an dan keilmuan kontekstual,”urainya.
Wakil Ketua Nitilaku, Suharyoso, M.Sn., menambahkan kegiatan ini nantinya akan dimulai dari Keraton Yogyakarta dan Alun-Alun Utara. Para peserta terdiri sivitas akademika UGM (mahasiswa, dosen, hingga karyawan), alumni UGM, KAGAMA, Ikatan Pelajar Mahasiswa Daerah (IKPMD) di Yogyakarta, Dharmasiswa (mahasiswa asing), Komunitas Seni Yogyakarta, dan masyarakat DIY.
Setelah pemberian wejangan mengenai nilai historis awal relasi Keraton Yogyakarta dan UGM oleh Sri Sultan HB X, Wakil Rektor UGM, dan Ganjar Pranowo, selaku Ketua PP KAGAMA, peserta akan dilepas. Peserta kemudian akan memulai iringan Pawai Budaya dengan berjalan kaki hingga Balairung UGM di Bulaksumur.
“Pawai Budaya tahun ini mengambil tema “Perjuangan Kebangsaan”. Hal itu divisualisasikan melalui kostum dan atraksi dari para kontingen pengurus daerah KAGAMA se-Indonesia,”kata Suharyoso.
Sesampainya di Balairung UGM, para peserta akan menjalani prosesi penerimaan oleh UGM. Hal ini akan disimbolkan dengan penyerahan Pataka UGM beserta fakultas-fakultasnya oleh Bregada Panji kepada Rektor UGM. Prosesi ini sebagai simbol penerimaan kepindahan UGM dari Keraton Yogyakarta ke Bulaksumur.
Acara ini nantinya akan diakhiri dengan sarapan bersama para peserta di Lapangan GSP UGM. Resepsi ini adalah perayaan atas perpindahan UGM ke Kampus Bulaksumur sekaligus perayaan akan keberagaman Indonesia. Pertunjukan berbagai jenis seni budaya Indonesia akan ditampilkan serentak. Beragam kuliner Nusantara akan disuguhkan dinikmati oleh semua orang secara a la carte.(Humas UGM/Hakam)
Sumber berita: Nitilaku 2018 : Simbol Perjuangan Kebangsaan UGM
Dokumentasi Pribadi Acara Nitilaku 2018