Sekitar bulan Agustus 2018, saya menerima edaran pamflet penerimaan dosen tetap di Universitas Gadjah Mada (UGM). Waktu itu kurang begitu memperhatikan karena saya masih menyelesaikan revisi akhir tesis saya untuk bisa memproses surat keterangan lulus (SKL) dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Selain itu, ada rumor beredar bahwa yang diterima menjadi dosen UGM biasanya adalah alumni UGM. Sedangkan saya menjalankan S1 di Universitas Sebelas Maret (UNS) dan S2 di Universitas Indonesia (UI). Namun, saya berniat untuk “nekat” mengikuti seleksi tersebut. Saya ingat pepatah mengatakan, “20 tahun dari sekarang kamu akan menyesali apa-apa yang tidak kita kerjakan, daripada apa-apa yang kita kerjakan, meskipun itu sebuah kesalahan”. Saya tidak mengatakan bahwa mengikuti seleksi menjadi dosen UGM adalah sebuah kesalahan. Yang salah adalah ketika saya memutuskan untuk tidak mencoba. Akhirnya, saya memantapkan diri untuk mendaftar.
Beberapa ahri kemudian, saya mulai memikirkan persyaratan apa saja yang dibutuhkan untuk seleksi administrasi pendaftaran dosen UGM. Lumayan banyak. Yang paling menyita waktu adalah memproses tes kesehatan di RSUD Pasar Minggu. Karena waktu itu saya masih domisili di Depok. Kurang lebih 2 pekan saya baru bisa menyelesaikan dokumen tes kesehatan fisik dan rohani karena dibarengi deadline yudisium wisuda dan pendaftaran wisuda. Dokumen TOEFL sudah aman karena saya telah mengikuti tes 3 bulan sebelumnya. Untuk berjaga-jaga setelah lulus nanti, pasti saya akan membutuhkannya. Setelah semua dokument terpenuhi, saya akhirnya merapikan seluruh dokumen yang diminta dan mengirim ke portal seleksi dosen UGM.
Seleksi Administrasi dan SKD
Pengumuman seleksi administrasi kira-kira tanggal 1 September 2018. Waktu itu saya mendapatkan email notifikasi dari SDM UGM dan menyatakan bahwa saya lolos seleksi administrasi dan berhak mengikuti SKD. SKD dilaksanakan di beberapa tempat di UGM. Saya kebagian lokasi di FH UGM. SKD dilaksanakan kurang lebih 90 menit dengan materi TWK, Ke-UGM-an, TIU, dan TKP.
SKB
Peserta yang mengikuti SKD diundang kembali mengikuti SKB. Jadi, tidak ada pengumuman SKD yang lolos siapa, dan yang tidak lolos siapa. Sistemnya adalah pengumuman akhir. UGM tidak mengumumkan skor SKD dan SKB kita. SKB dilaksanakan di Fakultas/Sekolah masing-masing. Saya mengikuti SKB di Departemen Teknik Sipil. SKB pertama adalah tes kompetensi bidang. Ujian diberikan ke semua peserta dengan lingkup bidang: struktur, hidro dan lingkungan, transportasi, manajemen, dan lain-lain. Seluruh peserta pun diminta mengerjakan semua soal meskipun bukan bidang utamanya. Setelah itu, saya mengikuti tes micro teaching. Micro teaching diberikan waktu 15 menit diikuti dengan pertanyaan dari dosen. Saya kira sih bakal mengajar di depan mahasiswa. Ternyata, semua dosen di departemen yang menjadi audiens. Pengen pingsan dulu rasanya.
SKB hari kedua adalah tes wawancara dengan 2 kloter pewawancara. Wawancara pertama dengan pengurus inti departemen, terdiri dari ketua departemen, sekretaris departemen, dan lain-lain. Saya mempresentasikan CV dan ide pengembangan departemen ke depan. Setelah itu, saya dibrondong pertanyaan-pertanyaan, beberapa mungkin membuat kita down. Tetapi, intinya tetap semangat. Setelah itu, ada wawancara dengan psikolog, kepala laboratorium, dan dekanat. Pertanyaan beruntun tidak kalah sengit. Kita dihajar habis-habisan mengenai karakter kita, motivasi menjadi dosen, masa lalu, dan lain-lain. Tes terakhir di hari kedua SKB adalah tes psikotes. Biasa, tes psikotes yang biasa digunakan perusahaan untuk rekrutmen juga. Siap-siap lelah saja tangan dan konsentrasi agar tidak mengantuk. Karena waktu itu jam makan siang sekitar jam 14.00.
Tes Psikologi
Tes terakhir ini dilaksanakan satu minggu setelah SKB. Bedanya dengan tes psikotes pada tahap ini adalah lebih banyak dan njlimet. Setelah tes psikotes, ada FGD mengenai suatu case yang harus dipecahkan bersama-sama. FGD dilakukan sekitar 10 orang dengan latar belakang departemen berbeda-beda. Tes ini berakhir pada pukul 17.00.
Serangkaian acara seleksi dosen tetap UGM pun selesai. Sekitar 1 bulan kemudian, pengumuman akan dipublikasikan.
Alhamdulillah, saya menjadi salah satu peserta yang lolos menjadi calon dosen tetap di UGM.
Untuk perhatian, waktu pengumuman seleksi UGM, dosen yang dibutuhkan di departemen yang saya tuju ada 8 orang. Waktu seleksi, ada sekitar 10 peserta. Pengumuman akhir menyatakan hanya 3 peserta yang lolos. UGM ingin calon dosen yang mereka terima sesuai dengan kriteria mereka. Meskipun ada 8 kuota, bila hanya yang memenuhi kriteria hanya 1 atau 0 sekali pun, UGM hanya akan menerima peserta yang sesuai kriteria dan membuka rekrutmen kembali di periode berikutnya.
UGM juga telah membuka untuk seluruh calon peserta bukan alumni UGM yang berminat menjadi dosen UGM untuk bersaing secara kompetitif menjadi dosen tetap UGM. Jadi, tidak perlu khawatir bila kamu bukan alumni UGM. Yang penting, tingkatkan kapasitas diri agar bisa bersaing dan lolos menjadi dosen UGM.